A. Siapakah Yahudi Itu?
Yahudi adalah bangsa yang berkarakter buruk; curang, licik, angkuh,
zalim, dan lihai mengotak-atik otak dalam rangka berbuat makar terhadap
para rasul, mengakali syariat agama, serta mengubah kitab suci. Mereka
musuh abadi umat Islam yang berada di balik makar Khawarij dan Syi’ah.
Penebar segala produk kebatilan di tengah-tengah umat dan berambisi
menggenggam dunia dengan segala cara.
Tak heran, bila Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman
untuk berlepas diri (bara’) dari kaum Yahudi dengan tidak menjadikan
mereka sebagai pemimpin dan memboikot segala prinsip, ibadah, serta
jalan hidup yang ada pada mereka. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan
orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai pemimpin-pemimpin, sebagian
mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara
kalian menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 51)
Bahkan Allah mengancam siapa saja yang mengikuti agama dan hawa nafsu mereka dengan ancaman yang keras. Allah berfirman:
“Jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka (Yahudi dan Nashrani) setelah
datang kepadamu ilmu (kebenaran), maka Allah tiada menjadi Pembela dan
Penolong bagimu.” (Al-Baqarah: 120)
B. Karakteristik Bangsa Yahudi
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah, Yahudi adalah bangsa yang
paling loba (tamak) terhadap kehidupan di dunia. Hal ini sebagaimana
terungkap dalam firman Allah :
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka (Yahudi), manusia yang paling
loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) daripada
orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu
tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya
dari siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
(Al-Baqarah: 96)
Karakteristik mereka dalam menjalani roda kehidupan pun sungguh “luar
biasa”. Kitab suci mereka campakkan. Sedangkan para rasul (manusia
terbaik di masanya) mereka dustakan dan bahkan sebagian yang lain mereka
bunuh, manakala ajaran yang dibawa tidak sesuai dengan keinginan (baca:
hawa nafsu) mereka. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada
Musa. Dan telah Kami susulkan (berturut-turut) sesudah itu rasul-rasul.
Dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada ‘Isa
putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus (Malaikat
Jibril). Apakah setiap kali datang kepada kalian seorang rasul membawa
sesuatu (ajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan kalian, lalu kalian
bersikap angkuh? Maka beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan
dan beberapa orang (yang lain) kalian bunuh?!” (Al-Baqarah: 87)
Demikian pula mayoritas dari mereka bersegera dalam membuat dosa,
permusuhan, dan memakan harta haram. Sementara orang-orang alim dan
pendeta-pendeta mereka tidak ada yang melarang dari perbuatan tersebut.
Allah berfirman:
“Dan kamu akan melihat mayoritas dari mereka (orang-orang Yahudi)
bersegera membuat dosa, permusuhan, dan memakan yang haram. Sesungguhnya
amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. Mengapa orang-orang alim
mereka, pendeta-pendeta mereka, tidak melarang mereka mengucapkan
perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa
yang telah mereka kerjakan itu.” (Al-Maidah: 62-63)
Tak ketinggalan pula perilaku zalim, menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, memakan riba yang jelas-jelas dilarang, dan memakan harta
benda orang lain dengan jalan yang batil. Dengan sebab itulah akhirnya
Allah l haramkan atas mereka makanan yang baik-baik yang dahulunya
dihalalkan bagi mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah:
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba. Padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta benda orang
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (An-Nisa’: 160-161)
Berikutnya, manakala harta berhasil mereka raih, maka kesombongan,
bangga diri, dan sifat bakhil-lah yang menguasai mereka. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (Yaitu) orang-orang yang bakhil, menyuruh
orang lain untuk berbuat bakhil, dan menyembunyikan karunia Allah yang
telah diberikan-Nya kepada mereka, dan Kami sediakan bagi orang-orang
kafir tersebut azab yang menghinakan.” (An-Nisa’: 36-37)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dalam ayat ini Allah
menyifati orang-orang Yahudi dengan sifat bakhil; yakni bakhil ilmu dan
harta. Walaupun sebenarnya konteks ayat ini lebih mengarah pada
kebakhilan mereka dalam hal ilmu…” (Lihat Iqtidha’ Ash-Shiratil
Mustaqim, juz 1 hal. 83)
Sumber: Majalah AsySyariah Edisi 053
(ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar