Pendahuluan
Kata intifada selalu lekat di benak kita dengan gerakan kebangkitan
rakyat Palestina yang membawa senjata batu. Anak-anak muda dan remaja
dengan membawa batu bangkit melawan tentara Zionis Israel. Mereka dengan
fasilitas yang sangat minim berjuang untuk mencapai tujuan yang besar,
yaitu kebebasan negeri Palestina dari pendudukan kaum Zionis
Gerakan kebangkitan ini diilhami oleh kemenangan revolusi Islam di
Iran yang berjuang untuk menghidupkan kembali kebesaran Islam, dan
jawaban telak atas aksi brutal yang dilakukan rezim pendudukan Quds
terhadap bangsa Palestina
Intifada adalah reaksi atas keputus-asaan, kekecewaan, kelemahan dan
kekerdilan negara-negara Arab dalam menghadapi Israel. Intifada adalah
reaksi atas kegagalan langkah-langkah yang dilakukan oleh faksi-faksi
bersenjata dan kelompok-kelompok politik Palestina dalam membebaskan
negeri mereka.
Sejarah Intifadhah
Tanggal 9 Desember 1987 menjadi hari yang tak terlupakan di bumi
Palestina. Hari itu, meletuslah sebuah perang perlawanan terhadap Zionis
Israel. Semua yang ada di Palestina merapatkan barisan, menjadi satu
shaff, tua muda, laki-laki dan sebagian perempuan. Media menyebut waktu
itu sebagai “Pertempuran terdahsyat sejak proklamasi negara Zionis
Israel tahun 1948.
Intifada berasal dari kata berbahasa Arab intifadlah dari asal kata
nafadla yang berarti gerakan, goncangan, revolusi, pembersihan,
kebangkitan, kefakuman menjelang revolusi, dan gerakan yang diiringi
dengan kecepatan dan kekuatan. Intifada pertama kali dipakai sebagai
nama oleh sebuah kelompok perjuangan Palestina yang membelot dari
Gerakan Fatah. Namun kini kata itu lekat dengan gerakan kebangkitan baru
rakyat Palestina.
Pada dekade 1980-an, rakyat Palestina secara serentak bangkit
melakukan perlawanan menentang rezim Zionis Israel. Sejak itu, intifada
dipakai untuk menyebut gerakan yang muncul secara tiba-tiba, serentak,
independen, agresif, universal, dengan kesadaran dan rasa protes, serta
dengan penuh keberanian. Gerakan itu dilakukan oleh rakyat Palestina
dalam menghadapi rezim Zionis Israel.
Hebatnya, pada Intifadhah yang pertama kali meletus, Palestina
berperang tanpa persenjataan dan tanpa dibantu negara-negara Arab
tetangganya. Saat itu, rakyat Palestina tidak memiliki sarana dan
fasilitas apapun dalam perjuangan membebaskan negeri mereka melawan
tentara Zionis. Mereka bersenjatakan batu untuk membela diri dan
menyerang musuh.
Karena itu, intifada dekade 80-an disebut juga dengan revolusi batu.
Meski hanya bersenjatakan batu, tetapi intifada ini sangat menakutkan
bagi Israel. Sebab dalam kitab suci mereka tercatat kisah Nabi Daud as
yang membunuh Jalut, raja yang kejam dan bengis dengan senjata batu.
Tidak heran jika anak-anak Palestina kemudian selama bertahun-tahun
sampai kini dikenal dengan sebutan “Children of Stone” atau anak-anak
batu.

Mengenai gerakan intifada, Syahid Dr Fathi Ibrahim Shaqaqi, Sekjen pertama Gerakan Jihad Islam Palestina mengatakan:
“Dalam sejarah revolusi dan perjuangan, kata intifada
memiliki latar belakang yang panjang. Akan tetapi dari sisi makna,
intifada berarti kebangkitan menggantikan masa kevakuman. Intifada
adalah tahap pendahulu bagi sebuah revolusi. Misalnya, di Iran, terjadi
kebangkitan di madrasah Feiziyah Qom. Kebangkitan itu kita namakan
intifada, sebab gerakan itu pada tahun 1979 membuahkan kemenangan
revolusi. Apa yang terjadi saat ini di Palestina tak lain adalah tahap
bagi sebuah revolusi. Kita tak pernah membayangkan gerakan kebangkitan
ini akan berjalan secara luas dan universal seperti ini. Kita namakan
gerakan ini dengan nama intifada. Karena itu, kami di Gerakan Jihad
Islam menyebut kebangkitan ini sebagai intifada dan revolusi.”
Intifadhah 1
Sehari sebelum meletus Intifadhah pertama, sebuah truk militer Israel
masuk ke wilayah pengungsi Palestina di Jabalya, di Gaza. Seperti
layaknya semua hal yang berbau Israel, truk ini masuk tanpa tujuan yang
jelas, kecuali menyerang orang Palestina. Empat orang terbunuh.
Bersamaan dengan itu, Yahudi pun bersikeras merebut Masjidil Aqsa atau
Yerusalem Timur.
Karena kebiadaban Israel yang sudah mengakumulasi, semua orang Palestina berdiri saat itu. Ada momen yang membuat mereka harus segera menyelesaikan urusannya dengan Israel yang tak punya rasa kemanusiaan. Pada 9 Desember, pagi yang sepi dan dingin, kemudian berubah menjadi teriakan takbir di seantero Palestina.

Di Gaza, Israel memperparah keadaan, karena di tanggal 18 Desember,
serdadu-serdadunya membunuh 2 orang dan melukai 20 orang Muslim yang
baru selesai shalat Jumat. Para serdadu itu kemudian melanjutkan
keganasannya dengan menyerbu Rumah Sakit Syifa, memukuli para doktor dan
perawat dan menyeret orang-orang Palestina yang dirawat karena terluka
dalam insiden shalat Jumat. Beberapa stasiun televisi menyiarkan gambar
tetnara Israel bersenjata berat memukuli dan membunuhi warga Palestina.
Dunia internasional mengecam tindakan kejam Israel, namun tidak ada yang
berbuat kongkret dalam menyikapi negara Zionis itu.
19 Januari 1988 Menhan Rabin mengumumkan kebijakan baru yang dinamai
“Tulang-tulang Patah”. Yitzhak Shamir, perdana menteri Israel waktu itu,
menyatakan, “Tugas kita sekarang adalah untuk membangun lagi dinding
ketakutan antara orang-orang Palestina dan militer Israel.”
Dalam waktu tiga hari sesudah pengumuman itu, 197 warga Palestina
dirawat di beberapa rumah sakit karena mengalami patah tulang yang
parah. Kelompok-kelompok HAM Palestina melaporkan, sejak dimulainya
Intifadhah sampai akhir tahun 1993, para serdadu Israel dan pemukim
Yahudi telah membunuh rakyat Palestina sebanyak 1.283 orang.
Diperkirakan 130.472 mengalami luka-luka, 481 orang diusir, 22.088
dipenjara tanpa pengadilan, 2.533 rumah dihancurkan atau diambil alih,
serta 184,257 batang pohon di kebun-kebun rakyat Palestina ditebang oleh
serdadu Israel.
Sepanjang masa ini, perhatian dunia tertuju pada kasus anak-anak yang
tempurung kepalanya pecah dan tangan-tangan mereka dipatahkan oleh para
tentara Israel. Orang-orang Palestina, dari yang paling muda hingga
yang paling tua, menentang kekerasan militer Israel dan penindasan
dengan sambitan batu apa pun yang dapat mereka temukan. Sebagai
balasannya, tentara Israel secara besar-besaran memberondongkan
senjatanya: menyiksa, mematahkan tangan, dan menembaki lambung dan
kepala orang-orang dengan tembakan senapan. Pada tahun 1989, sebanyak
13.000 anak-anak Palestina ditahan di penjara-penjara Israel.
Intifadah rakyat Palestina, yang dilakukan dengan sambitan batu dan
pentungan untuk melawan tentara paling modern di dunia, berhasil menarik
perhatian internasional pada wilayah ini. Gambar-gambar yang intinya
mengenai pembunuhan tentara Israel atas anak-anak berusia sekolah sekali
lagi menunjukkan kebijakan teror pemerintah pendudukan.
Di Palestina, di mana 70% penduduk terdiri atas kalangan muda, bahkan
anak-anak pun telah mengalami perpindahan, pengusiran, penahanan,
pemenjaraan, dan pembantaian semenjak pendudukan tahun 1948. Mereka
diperlakukan seperti warga kelas dua di tanahnya sendiri. Mereka telah
belajar bertahan hidup dalam keadaan yang paling sulit. Renungkanlah
fakta-fakta berikut ini: 29% dari orang yang terbunuh selama Intifadah
al-Aqsa berusia di bawah 16 tahun; 60% dari yang terluka berusia di
bawah 18; dan di wilayah tempat bentrokan paling sering terjadi, paling
tidak lima anak terbunuh tiap hari, dan setidaknya 10 orang terluka.
Chris Hedges, yang bertindak selaku kepala biro Timur Tengah The Times selama bertahun-tahun, menyatakan bagaimana tentara Israel membunuh anak-anak Palestina tanpa ragu dalam sebuah wawancara:
"Saya telah melihat anak-anak ditembak di Sarajevo. Maksud
saya, penembak jitu akan menembaki anak-anak di Sarajevo. Saya telah
melihat tentara kematian membunuh keluarga-keluarga di Aljazair atau El
Salvador. Namun saya tak pernah melihat tentara melecehkan dan
menelanjangi anak-anak seperti ini lalu membunuh mereka untuk
kesenangan.” (Wawancara NPR dengan Chris Hedges)
Intifadhah Pertama dianggap selesai pada 13 September 1993, ketika
Perjanjian Oslo ditandantangani dalam sebuah upacara meriah di
pekarangan selatan Gedung Putih. PM Israel Yitzhak Rabin dan Ketua PLO
(Palestine Liberation Organisation) Yasser Arafat bersalaman disaksikan
Presiden AS Bill Clinton. Pasca Camp David Summit, masih ada upaya perdamaian melalui Beirut Summit yang diprakarsai oleh Arab Peace Initiative, dan juga proposal Peta Jalan atau Road Map for Peace yang diusulkan oleh Quartet on Middle East
yang terdiri dari AS, Rusia, PBB, dan Uni Eropa (UE). Dan sama seperti
upaya-upaya perdamaian sebelumnya, kedua pertemuan itu tidak berhasil
mendamaikan Palestina dan Israel.
Belum genap tiga tahun, Perjanjian itu sudah dianggap mati, ditandai
kebijakan agresif perdana menteri Israel yang waktu itu terpilih,
Benyamin Netanyahu. Ketika Perdana Menteri Ariel Sharon, menginjakkan
kaki ke Masjidil Aqsa tahun 2000, dunia menyaksikan Intifadhah Kedua
meletus.
Intifadhah 2
Untuk memahami kekerasan yang terus berlanjut di luar kendali pada
bulan April 2001 dan membawa Israel dan Palestina mandi darah, kita
harus ingat bagaimana Intifadah terakhir dimulai. Orang yang ada di
pusat kejadian ini adalah Ariel Sharon, yang kemudian menjadi, dan masih
menjadi perdana menteri. Sharon dikenal oleh orang-orang Islam sebagai
seorang politisi yang gemar menggunakan kekerasan.
Seluruh dunia mengenalnya karena pembantaian yang telah ia lakukan
atas orang-orang Palestina, perilakunya yang suka menghasut, dan
kata-kata kasarnya. Yang terbesar dari pembantaian-pembantaian itu
terjadi 20 tahun yang lalu di kamp pengungsian Sabra dan Shatilla,
menyusul serangan Israel pada Juni 1982 ke Libanon. Dalam pembantaian
ini, sekitar 2000 orang tak berdaya dibunuh, mengalami siksaan hebat,
dan dibakar hidup-hidup.


Sharon, di bawah kawalan 1200 orang polisi, memasuki Mesjid al-Aqsa,
suatu tempat yang suci bagi Muslimin. Setiap orang, termasuk para
pemimpin Israel dan rakyat Israel sepakat bahwa masuknya Sharon ke
tempat suci ini, suatu perbuatan yang biasanya terlarang bagi
non-Muslim, adalah sebuah provokasi yang dirancang untuk mempertegang
keadaan yang sudah memanas dan memperbesar pertentangan. Ia jelas-jelas
berhasil. Penentuan waktunya sama pentingnya dengan tempat itu, karena
pada hari sebelumnya Ehud Barak telah mengumumkan bahwa Yerusalem
mungkin dibagi dua dan dimungkinkan perundingan dengan orang-orang
Palestina.
Pada 28 Sept 2000, Intifadah Kedua dimulai, dipimpin oleh HAMAS. PNA
sendiri dalam pihak yang bertentangan dengan HAMAS. PNA lebih milih
untuk berdialog daripada berperang. Pada 26 Okt 2004, gigihnya
perjuangan Intifadah II membuat Israel kewalahan dan mengesahkan program
penarikan mundur dari Jalur Gaza. Pada, 11 Nov 2004 Yaser Arafat
meninggal. Kepemimpinan di PLO digantikan oleh Mahmoud Abbas.
September 2005 dimulai penarikan mundur tentara Israel dari Jalur
Gaza. Inilah kemenangan para pejuang Palestina setelah 38 tahun. Namun,
Israel terus melancarkan serangan dan teror ke Jalur Gaza. Selain itu,
Israel mendirikan tembok-tembok pembatas yang mengucilkan pemukiman
Palestina dan memperlebar perumahan bagi bangsa Yahudi.
Israel telah membunuh lebih dari 20.000 orang Palestina dalam rentang
waktu 4 bulan ketika mereka membom Libanon tahun 1982. Sebagai
perbandingannya, Israel kehilangan 21.182 penduduknya dalam usaha
pendirian Negara Israel selama lebih dari 120 tahun (yakni dari tahun
1882 hingga 2002)
Penutup
Sesungguhnya, apa yang terjadi di Palestina sekarang bukan hanya
persoalan bangsa Palestina belaka. Jika berhubungan dengan Islam, maka
jelas umat sudah seharusnya memperhatikan apa yang ada di sana. Al-Quds
adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama kaum Muslimin dan
bangunan paling suci ketiga setelah Ka’bah di Makkah dan Mesjid Nabi
Muhammad di Madinah, Arab Saudi. Maknanya telah diperkuat oleh kejadian
Al Isra’a dan Al Mi’raj.
Jika lebih luas lagi, jika menyangkut isyu HAM, maka dunia
internasional sudah seharusnya melihat dengan mata bersih: bahwa
penjajahan di atas dunia ini masih berlaku, yaitu Israel terhadap
Palestina. Bukti apa lagi yang kurang? Sekarang, Palestina hanya tinggal
mempunyai semangat dan batu untuk melawan Israel.
Lantas, sekarang apakah Intifadhah ketiga akan segera hidup? Rakyat
Palestina sudah terlalu lama menderita dalam penjajahan, sementara dunia
Islam dan negara-negara Arab bungkam seribu bahasa
Sumber: http://nabilmufti.wordpress.com
Sumber: http://nabilmufti.wordpress.com
Izin share gan
BalasHapusassalamualaikum izin copan
BalasHapus